Minggu, 21 Februari 2010

SNG part 2

Akhirnya setelah vakum hampir setahun lebih lamanya, akhirnya berniat lagi untuk menulis diblog lagi... setelah kalah sama Facebook, Kaskus dan Twitter... hehehhehe... :P

tapi ilmu tetap harus diberikan,, ya toh... semoga bermanfaat...!!!

Menyambung pembicaraan yang lalu tentang SNG alias Satellite News Gathering, ayo kita sambung dengan cara kerjanya hingga kalian yang dirumah tinggal siap menonton asik..

Pertama-tama yang dilakukan adalah mengeset perangkat-perangkat yang dijelaskan pada part1. Setelah menghidupkan perangkat SNG, perangkat tersebut siap digunakan. Tapi sebelumnya perhatikan proses penghidupan perangkat SNG karena tidak semua perangkat bisa dihidupkan sekali proses, seperti menghidupkan HPA yang ada 3 tahap proses.

berikut ini adalah bagan cara kerja SNG:



Berdasarkan skema diatas, sinyal-sinyal audio dan video yang didapatkan dicodekan ke bentuk sinyal digital melalui encoder. Untuk Up converternya diatur hingga 1361,5MHz sebagai L-Band. Dan untuk power output diset -18.00dBm (sekecil mungkin), hal tersebut agar tidak over saat modulasi saat ditingkatkan pada SSPA.

Setelah sinyal masuk ke perangkat encoder, sinyal masuk ke SSPA/HPA. Pada perngkat ini sinyal RF dikuatkan agar saat dipancarkan satelit dapat menerima. Dengan memperkuat sinyal C band sampai dikehendaki (satelit yang akan digunakan, untuk pengamatan ini TVRI menggunakan satelit Palapa 1). LO-Band BUC sebesar 4900MHz.

Jadi pada antenna Flyaway, frekuensi sinyal yang dipancar ke satelit sebesar:

Frekuensi RF = Frekuensi L-Band + 4900

Jadi frekuensi RF yang dipancarkan sebesar 6261,5MHz. lalu sinyal diterima di satelit yang diinginkan. Karena satelit yang digunakan adalah satelit Palapa 1, jangan lupa pastikan derajat Azimuthnya di 45º dan derajat elevasinya di 82º. Saat di satelit, satelit sendiri juga memiliki decoder frekuensi C-band sebesar 2225MHz, sehingga frekuensi yang diterima satelit sebesar 4036,5MHz.

Setelah sinyal di satelit, sinyal kembali dipancarkan ke parabola yang berada di stasiun pusat di Jakarta. Dengan frekuensi downlink sebesar 4036.5 MHz. Agar kita bisa melihat spektrum sinyal digunakan frekuensi LNB (Low Noise Block) sebesar 5150MHz, sehingga kita bisa melihat spektrum sinyal pada frekuensi 1113,5Mhz.

Setelah sinyal diterima di parabola/antenna di stasiun pusat, kemudian sinyal diteruskan ke decoder agar sinyal yang berbentuk digital dirubah ke bentuk analog lagi. Jika hasil liputan ingin dipancarka kesemua televisi-televisi dirumah-rumah, hasil liputan masuk ke mixing and mastering sebagai finish touch untuk memperindah gambar/menjernihkan suara. Lalu hasilnya dikirim melalui 2 cara, pertama dikirim secara analog melalui tower pemancar dan yang kedua melalui satelit. Untuk tower pemancar jangkauannya hanya 1 daerah. Sedangkan melalui satelit, biasanya digunakan untuk mengirim hasil liputan ke luar daerah yang jauh ataupun langsung ke konsumen yang menggunakan parabola pada televisinya



huffftt... selesai juga... semoga bermanfaat yah.. buat kalian-kalian yang ingin bergerak di dunia pertelevisian... (^_^)